Kamis, 26 Mei 2011

kisah sukses enterpreneur

Kisah Entrepreneur Sukses

kisah ini saya dapat dari google yang mana , dia menceritakan tentang kehidupannnya.
dan ini link dia , http://tirtoaris.blogspot.com/2008/02/kisah-entrepreneur-sukses.html

Dari Pengepel Lantai hingga Juragan Odol
Edwin Abeng, direktur PT Multi Daya Ritelindo

Kiprah bisnisnya seperti air. Mengalir dan meluas secara perlahan namun pasti. Satu per satu bidang usaha yang digelutinya berkembang pesat. Mulai dari minimarket, kafe, rumah produksi, sampai perusahaan distribusi, tak luput ia garap.

Edwin Abeng. Namanya cukup mudah diingat orang. Terlebih lagi embel-embel nama belakangnya, membuat orang akan selalu mengaitkan dengan sang ayah, Tanri Abeng, mantan Menneg PBUMN. Kendati usianya relatif muda, 30 tahun, perjalanan bisnisnya lumayan melesat. Sosoknya low profile dan sederhana, padahal segudang usaha yang digelutinya. "Lebih baik low profile high profit daripada high profile but low profit," ungkapnya jenaka.

Kiprahnya sebagai pengusaha muda mulai diperhitungkan sejak ia mendirikan PT Multi Daya Ritelindo (MDR) yang mengelola minimarket Aku Cinta Indonesia (ACI) pada tahun 1997. Di bawah bendera MDR itulah ia menjajal ilmu yang ia timba selama sebelas tahun di Amerika dan satu setengah tahun di Australia. Kemampuan dan kemauannya yang keras ternyata membawa bukti. Kalau pada 1997 ia hanya memiliki dua gerai, saat ini sudah membengkak menjadi delapan gerai, yang tersebar di kawasan Jakarta.

Dari pemikirannya, ia menyimpulkan bahwa bisnis minimarket mempunyai prospek yang cukup bagus untuk berkembang. Di Indonesia, menurut dia, konsep waralaba mempunyai peluang untuk berkembang pesat jika diterapkan pada bisnis ritel. Tentu saja hal ini bukan pertimbangan bisnis ngawur-ngawuran. Menurut dia, saat ini banyak orang yang memiliki ruko tetapi belum memiliki konsep usaha yang jelas. "Tugas saya adalah untuk menjadi mitra mereka, dengan membantu dan mendorong mereka untuk masuk ke dunia ritel," ujarnya.

Bisnis ritel memang bukan barang baru bagi Edwin. Setelah lulus dari Texas University, ia hengkang ke Australia untuk kembali mencari ilmu. Ketika menimba ilmu keuangan di Monash University, Edwin bukan lantas enak-enakan. Edwin mesti nyambi kerja di minimarket Quix sebagai asisten store manager. "Di situ saya harus melayani pembeli, ngatur barang, memindahkan barang ke gudang, sampai ngepel lantai sendiri," ungkapnya mengenang.

Dari pengalaman kerja dipadukan dengan ilmu yang diperoleh, saat ini bisnis minimarket yang digelutinya sudah menuai hasil. Sekadar gambaran, untuk satu cabang saja, omzetnya bisa mencapai Rp11 juta per hari. Kendati begitu, hasil ini tidak lantas membuatnya cepat berpuas diri. Keinginannya untuk menjadi juragan minimarket, membuatnya mesti melakukan ekspansi. Rencananya, sampai akhir tahun ini, ia akan
membuka beberapa gerai lagi di Pulau Jawa. "Akhir tahun ini kita akan mencapai 50 gerai. Tahun depan jumlahnya mencapai 150 gerai dan setahun berikutnya akan mencapai 500 gerai," tegas Edwin lebih lanjut.

Edwin tidak berhenti sampai di situ. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, bersama dengan kakaknya (Emil Abeng), ia mendirikan Matabar Cafe di bilangan Jalan Sudirman Jakarta. Ternyata ia tidak salah dalam membidik pasar. Kafe yang didirikan sejak 12 Maret 1999 itu ternyata sukses besar. Kurang dari satu tahun, bisnis yang menyedot modal sekitar Rp1 miliar itu sudah mengalami impas (break-even point). "Rata-rata omzetnya mencapai Rp50 juta per minggu," ungkap Edwin. Atas dasar itulah ia berencana membuka cabang di Bali akhir tahun ini.

Jaringan bisnis yang ditekuninya terus melebar. Perkembangan dan kebutuhan akan banyaknya rumahrumah produksi, menjadi satu peluang yang digarapnya. Atas pertimbangan itulah Edwin memutuskan untuk ikut terlibat dalam mendirikan rumah produksi. Dengan nama Padi Film, Edwin duduk sebagai salah satu komisaris. Menurut dia, bisnis advertising selama setahun ini berkembang sangat pesat. Hal itu bersamaan dengan banyaknya artis baru yang muncul, sehingga kebutuhan akan advertising melonjak dengan cepat.

Bagi Edwin, pasar bebas pada tahun 2003 bakal melahirkan peluang bisnis yang besar. Dengan akan banyaknya perusahaan asing yang masuk, ditambah maraknya gerai-gerai yang berdiri, pastilah membutuhkan distribusi yang bagus. Pertimbangan itulah yang membuatnya ingin mendirikan perusahaan yang mengelola distribusi barang.

Hal itu juga sudah dirintisnya sejak sekarang. Di bawah bendera PT Bintang Sidora Raya, ia bakal menggarap distribusi Bir Bintang untuk seluruh kawasan Indonesia. Padahal sebelumnya ia juga sudah berhasil mengelola distribusi Aqua.

disini saya hanya mengomentari sebagai tugas kewirausahan saya .


Komentar saya :
Menurut saya pak edwin abeng memiliki bakat dalam berbisnis sehingga ia mampu mengembangkan kelebihan dia untuk berbisnis.Dan pak edwin memliki sifat yang sangat penting bagi seorang enterepreneur yaitu sabar dalam menghadapi maslaah apapun,.memiliki semangat yang sangat tinggi sehingga tidak pernah mudah putus asa , memiliki ide-ide yang cermelang .
Saya pikir , pak edwin bisa menjadi panutan untuk kita semua agar kita menjadi seorang enterepreneur.karena tidak mudah menjadi seorang enterpreneur .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar